Jelaskan Dilema Bisnis Keluarga

Halo Sobat Bisnis, dalam artikel ini kita akan membahas mengenai dilema bisnis keluarga. Dalam dunia bisnis, keluarga seringkali dianggap sebagai kesatuan yang kuat dan saling mendukung. Namun, seringkali bisnis keluarga juga menghadapi tantangan yang berbeda dari bisnis yang dimiliki oleh orang yang bukan keluarga. Dalam artikel ini, kita akan membahas lebih lanjut mengenai dilema bisnis keluarga yang seringkali muncul dan bagaimana cara mengatasi ketidakseimbangan tersebut.

Dilema Bisnis Keluarga #1: Kepentingan Keluarga vs Kepentingan Bisnis

Dalam bisnis keluarga, kepentingan dari keluarga dan bisnis seringkali saling bertentangan. Keluarga seringkali ingin mempertahankan kebersamaan dan membuat keputusan yang menguntungkan keluarga secara keseluruhan, sedangkan dalam bisnis, keputusan harus diambil berdasarkan untung rugi dan kepentingan bisnis.

Dalam situasi seperti ini, sangat penting untuk membuat batasan yang jelas mengenai kepentingan keluarga dan bisnis secara terpisah. Membuat peraturan dan keputusan yang jelas mengenai bagaimana kepentingan keluarga dan bisnis dipisahkan akan membantu mengurangi konflik dan memastikan bahwa semua keputusan yang diambil didasarkan pada kepentingan bisnis.

Selain itu, penting juga untuk melibatkan semua anggota keluarga yang terlibat dalam bisnis dalam pengambilan keputusan. Diskusi yang terbuka dan transparan akan membantu mengurangi konflik dan memastikan bahwa semua keputusan dibuat secara adil dan seimbang.

Contoh: Tuan Wijaya mempunyai bisnis pulsa yang dikelola bersama dengan anak-anaknya. Namun, seringkali ia mengambil keputusan yang lebih menguntungkan keluarga daripada bisnis, seperti memberikan keuntungan lebih pada anak sulungnya. Hal ini memicu ketidakpuasan dari anak bungsunya yang merasa tidak dihargai. Untuk mengatasi hal ini, Tuan Wijaya membuat batasan yang jelas mengenai kepentingan bisnis dan keluarga secara terpisah dan membuka diskusi dengan anak-anaknya untuk mencari solusi yang adil dan seimbang.

Dilema Bisnis Keluarga #2: Pemilihan Pemimpin Bisnis

Seringkali dalam bisnis keluarga, pemilihan pemimpin bisnis menjadi dilema yang sulit. Keluarga seringkali merasa bahwa mereka memiliki hak untuk memimpin bisnis karena mereka memiliki hubungan darah satu sama lain, namun pada kenyataannya, pemimpin bisnis harus dipilih berdasarkan kemampuan dan pengalaman yang dimiliki.

Untuk mengatasi dilema ini, penting untuk mempertimbangkan kepentingan bisnis dan memilih pemimpin bisnis berdasarkan kemampuan dan pengalaman yang dimiliki. Membuat kriteria yang jelas untuk pemimpin bisnis dan memilih pemimpin bisnis secara transparan dan adil akan membantu mengurangi konflik dan memastikan bahwa bisnis dapat berkembang dengan baik.

Contoh: Keluarga Sutanto mempunyai bisnis toko baju yang dikelola bersama oleh tiga saudari. Namun, ketika ayahnya meninggal, ketiga saudari tersebut tidak dapat sepakat mengenai siapa yang akan menjadi pemimpin bisnis. Agar tidak merusak hubungan keluarga, mereka memutuskan untuk menempatkan seorang manajer profesional yang berpengalaman untuk memimpin bisnis dan mengambil keputusan bersama secara adil.

Dilema Bisnis Keluarga #3: Penghargaan dan Promosi

Dalam bisnis keluarga, seringkali sulit membedakan antara penghargaan dan promosi yang didasarkan pada keputusan bisnis atau hubungan keluarga. Keluarga seringkali memberikan promosi dan penghargaan berdasarkan hubungan keluarga, bukan berdasarkan kemampuan dan pengalaman yang dimiliki.

Untuk mengatasi hal ini, penting untuk membuat kriteria yang jelas untuk promosi dan penghargaan. Penghargaan dan promosi harus diberikan berdasarkan kemampuan dan pengalaman yang dimiliki, bukan berdasarkan hubungan keluarga. Hal ini akan membantu memastikan bahwa bisnis dapat berkembang dengan baik dan mendorong anggota keluarga untuk terus meningkatkan kemampuan dan pengalaman mereka.

Contoh: Keluarga Surya mempunyai bisnis restoran yang dikelola bersama oleh dua bersaudara. Namun, seringkali saudara yang lebih tua memberikan penghargaan dan promosi pada saudara yang lebih muda karena hubungan keluarga. Hal ini membuat saudara yang lebih muda merasa tidak dihargai dan mengurangi semangatnya dalam bekerja. Untuk mengatasi hal ini, keluarga Surya membuat kriteria yang jelas untuk promosi dan penghargaan dan menempatkan manajer yang independen untuk mengawasi proses promosi dan penghargaan dalam bisnis mereka.

Dilema Bisnis Keluarga #4: Kepemilikan Bisnis

Seringkali dalam bisnis keluarga, kepemilikan bisnis menjadi dilema yang sulit. Keluarga seringkali ingin menjaga kepemilikan bisnis di dalam keluarga agar dapat terus berkembang dan diwariskan pada generasi berikutnya, namun pada kenyataannya, kepemilikan bisnis harus berdasarkan kemampuan dan kontribusi yang dimiliki oleh masing-masing anggota keluarga.

Untuk mengatasi dilema ini, penting untuk mempertimbangkan kepentingan bisnis dan memilih anggota keluarga yang mempunyai kemampuan dan kontribusi yang baik dalam bisnis untuk menjadi pemilik bisnis. Membuat peraturan yang jelas mengenai kepemilikan bisnis dan memilih pemilik bisnis secara transparan dan adil akan membantu mengurangi konflik dan memastikan bahwa bisnis dapat berkembang dengan baik.

Contoh: Keluarga Santoso mempunyai bisnis properti yang dikelola bersama oleh keluarga besar. Namun, mereka menghadapi dilema ketika anak sulung mereka tidak mempunyai minat dalam bisnis properti dan ingin menjual saham bisnisnya. Keluarga Santoso membuat peraturan yang jelas mengenai kepemilikan bisnis dan memilih anggota keluarga yang mempunyai kemampuan dan kontribusi yang baik dalam bisnis untuk menjadi pemilik bisnis dengan cara transparan dan adil.

Dilema Bisnis Keluarga #5: Pengambilan Keputusan

Seringkali dalam bisnis keluarga, pengambilan keputusan menjadi dilema yang sulit. Keluarga seringkali ingin mempertahankan kebersamaan dan mencapai konsensus dalam pengambilan keputusan, namun pada kenyataannya, keputusan harus diambil berdasarkan untung rugi dan kepentingan bisnis.

Untuk mengatasi dilema ini, penting untuk membuat peraturan yang jelas mengenai pengambilan keputusan dalam bisnis. Seluruh anggota keluarga yang terlibat dalam bisnis harus memahami keputusan yang diambil harus didasarkan pada untung rugi dan kepentingan bisnis. Membuat peraturan dan keputusan secara transparan dan adil akan membantu mengurangi konflik dan memastikan bahwa bisnis dapat berkembang dengan baik.

Contoh: Keluarga Tan mempunyai bisnis pabrik gula yang dikelola oleh keluarga besar. Namun, mereka menghadapi dilema ketika tidak dapat mencapai kompromi dalam pengambilan keputusan mengenai ekspansi bisnis. Agar tidak merusak hubungan keluarga, mereka membuat peraturan yang jelas mengenai pengambilan keputusan secara transparan dan adil dan menempatkan manajer independen untuk mengawasi proses pengambilan keputusan dalam bisnis mereka.

Dilema Bisnis Keluarga #6: Karyawan non-keluarga

Dalam bisnis keluarga, seringkali sulit membedakan antara karyawan keluarga dan karyawan non-keluarga. Keluarga seringkali merasa bahwa mereka memiliki hak istimewa dalam bisnis karena hubungan keluarga, sehingga mengurangi semangat dan motivasi karyawan non-keluarga.

Untuk mengatasi hal ini, penting untuk memperhatikan karyawan non-keluarga dan memberikan kesempatan yang sama untuk berkembang dan berkontribusi dalam bisnis. Membuat peraturan dan kebijakan yang jelas mengenai hubungan antara karyawan keluarga dan non-keluarga akan membantu mengurangi konflik dan memastikan bahwa semua karyawan dapat berkembang secara adil dan seimbang.

Contoh: Keluarga Lim mempunyai bisnis salon yang dikelola bersama oleh beberapa anggota keluarga. Namun, karyawan non-keluarga seringkali merasa tidak dihargai dan tidak mendapat kesempatan yang sama untuk berkembang dalam bisnis. Untuk mengatasi hal ini, keluarga Lim membuat peraturan dan kebijakan yang jelas mengenai hubungan antara karyawan keluarga dan non-keluarga dan memberikan kesempatan yang sama untuk berkembang dalam bisnis.

Dilema Bisnis Keluarga #7: Pengubahsuaian Bisnis

Dalam bisnis keluarga, seringkali sulit untuk membuat perubahan dalam bisnis karena hubungan keluarga yang erat dan kebiasaan yang sudah terbentuk. Hal ini dapat menghambat kemajuan dan pertumbuhan bisnis.

Untuk mengatasi hal ini, penting untuk membuka diri dan terbuka terhadap perubahan dan inovasi dalam bisnis. Membuat peraturan dan kebijakan yang jelas mengenai pengubahsuaian bisnis dan membuka diskusi dengan semua anggota keluarga yang terlibat dalam bisnis akan membantu mengurangi konflik dan memastikan bahwa bisnis dapat berkembang dengan baik.

Contoh: Keluarga Tjia mempunyai bisnis toko roti yang sudah berjalan selama beberapa dekade. Namun, mereka mengalami kesulitan dalam menghadapi perubahan gaya hidup yang berkembang dan permintaan pasar yang berubah. Untuk mengatasi hal ini, mereka membuka diskusi dengan anggota keluarga dan karyawan untuk mengembangkan rencana bisnis baru yang menyesuaikan dengan perubahan pasar dan gaya hidup.

Dilema Bisnis Keluarga #8: Ketergantungan pada Anggota Keluarga

Dalam bisnis keluarga, seringkali sulit untuk mengurangi ketergantungan pada anggota keluarga. Bisnis keluarga seringkali bergantung pada kemampuan dan kehadiran anggota keluarga, sehingga mengurangi fleksibilitas dan kemampuan bisnis untuk berkembang.

Untuk mengatasi hal ini, penting untuk memperhatikan pengembangan dan pelatihan karyawan non-keluarga dan membangun sistem yang tidak terlalu ketergantungan pada anggota keluarga. Membuat peraturan dan kebijakan yang jelas mengenai hubungan antara anggota keluarga dan karyawan non-keluarga akan membantu mengurangi konflik dan memastikan bahwa bisnis dapat berkembang dengan baik.

Contoh: Keluarga Setiawan mempunyai bisnis jasa katering yang dikelola oleh keluarga besar. Namun, mereka menyadari bahwa bisnis mereka terlalu ketergantungan pada anggota keluarga yang memiliki kemampuan kuliner. Untuk mengurangi ketergantungan pada anggota keluarga, mereka memperhatikan pengembangan dan pelatihan karyawan non-keluarga dan membangun sistem yang tidak terlalu ketergantungan pada anggota keluarga.

Dilema Bisnis Keluarga #9: Peleburan Hubungan Keluarga dan Bisnis

Dalam bisnis keluarga, seringkali sulit membedakan antara hubungan keluarga dan bisnis. Hal ini dapat membingungkan bagi anggota keluarga dan karyawan non-keluarga dan dapat mencegah bisnis dari berkembang.

Untuk mengatasi hal ini, penting untuk membuat peraturan dan kebijakan yang jelas mengenai hubungan antara keluarga dan bisnis. Seluruh anggota keluarga dan karyawan non-keluarga harus memahami dan menghormati peraturan dan kebijakan tersebut untuk memastikan bahwa bisnis dapat berkembang dengan baik.

Contoh: Keluarga Tirta mempunyai bisnis catering yang dikelola oleh dua saudari. Namun, seringkali mereka membingungkan antara hubungan keluarga dan bisnis dan membuat keputusan yang tidak berdasarkan kepentingan bisnis. Untuk mengatasi hal ini, mereka membuat peraturan dan kebijakan yang jelas mengenai hubungan antara keluarga dan bisnis dan meminta seluruh anggota keluarga dan karyawan non-keluarga untuk memahami dan menghormati peraturan dan kebijakan tersebut.

Dilema Bisnis Keluarga #10: Pesan yang Tidak Jelas

Dalam bisnis keluarga, seringkali pesan yang disampaikan tidak jelas dan bervariasi dari anggota keluarga yang berbeda. Hal ini dapat membingungkan bagi karyawan dan mengurangi efektivitas bisnis.

Untuk mengatasi hal ini, penting untuk membuat pesan yang jelas dan sesuai dengan visi dan misi bisnis. Seluruh anggota keluarga dan karyawan non-keluarga harus memahami dan mendukung pesan tersebut untuk memastikan bahwa bisnis dapat berkembang dengan baik.

Contoh: Keluarga Pramanik mempunyai bisnis pabrik tekstil yang dikelola oleh keluarga besar. Namun, mereka mengalami kesulitan dalam menyampaikan pesan yang jelas mengenai visi dan misi bisnis mereka. Untuk mengatasi hal ini, mereka membuat pesan yang jelas dan mendukung seluruh anggota keluarga dan karyawan non-keluarga untuk memahami dan mendukung pesan tersebut.

Dilema Bisnis Keluarga #11: Transisi Bisnis

Dalam bisnis keluarga, seringkali sulit untuk mempersiapkan transisi bisnis dari generasi ke generasi. Hal ini dapat mengurangi kemampuan bisnis untuk berkembang dan berkelanjutan.

Untuk mengatasi hal ini, penting untuk mempersiapkan transisi bisnis secara matang dan membangun sistem yang dapat berlanjut dari generasi ke generasi. Seluruh anggota keluarga harus memahami tujuan dan rencana untuk transisi bisnis untuk memastikan bahwa bisnis dapat berkembang dan berkelanjutan.

Video:Jelaskan Dilema Bisnis Keluarga