Hello Sobat Bisnis! Apakah kamu sedang merencanakan untuk memulai bisnis? Atau apakah kamu sedang mempertimbangkan untuk mengembangkan bisnis yang sudah berjalan? Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam memulai atau mengembangkan bisnis adalah studi kelayakan bisnis, terutama aspek finansialnya. Dalam artikel ini, kita akan membahas contoh aspek finansial yang perlu dipertimbangkan dalam studi kelayakan bisnis. Yuk, simak!
Pendahuluan
Sebelum membahas lebih jauh, sebaiknya kita memahami terlebih dahulu apa itu studi kelayakan bisnis. Studi kelayakan bisnis adalah sebuah analisis yang dilakukan untuk mengevaluasi kemungkinan sukses suatu usaha atau proyek. Studi kelayakan bisnis meliputi berbagai aspek, seperti finansial, pasar, manajemen, teknis, dan sebagainya. Aspek finansial adalah salah satu aspek penting dalam studi kelayakan bisnis, karena berkaitan dengan pendanaan dan keuntungan dari bisnis tersebut.
Contoh Aspek Finansial dalam Studi Kelayakan Bisnis
1. Proyeksi Pendapatan dan Biaya
Proyeksi pendapatan dan biaya adalah salah satu aspek penting dalam studi kelayakan bisnis. Dalam aspek ini, kita perlu membuat proyeksi pendapatan dan biaya untuk beberapa tahun ke depan. Proyeksi pendapatan harus didasarkan pada survei pasar yang sudah dilakukan sebelumnya, serta strategi marketing yang akan dijalankan. Sedangkan proyeksi biaya harus mencakup berbagai aspek, seperti biaya produksi, biaya tenaga kerja, biaya overhead, dan sebagainya.
Contoh proyeksi pendapatan :
Tahun | Pendapatan |
---|---|
2021 | 100.000.000 |
2022 | 150.000.000 |
2023 | 200.000.000 |
Contoh proyeksi biaya :
Aspek Biaya | 2021 | 2022 | 2023 |
---|---|---|---|
Biaya Produksi | 50.000.000 | 75.000.000 | 100.000.000 |
Biaya Tenaga Kerja | 20.000.000 | 30.000.000 | 40.000.000 |
Biaya Overhead | 10.000.000 | 12.000.000 | 15.000.000 |
2. Break Even Point
Break Even Point (BEP) adalah titik impas atau titik di mana pendapatan sama dengan biaya. Dalam studi kelayakan bisnis, kita perlu menghitung BEP agar bisa mengetahui berapa jumlah minimum penjualan yang dibutuhkan agar bisnis bisa menghasilkan laba. BEP dapat dihitung dengan rumus :
BEP = Biaya Tetap / (Harga Jual per Unit – Biaya Variabel per Unit)
Contoh :
- Biaya Tetap = Rp 50.000.000
- Harga Jual per Unit = Rp 100.000
- Biaya Variabel per Unit = Rp 50.000
Maka :
BEP = Rp 50.000.000 / (Rp 100.000 – Rp 50.000) = 1.000 unit
Jadi, agar bisnis bisa mencapai BEP, harus menjual minimal 1.000 unit barang atau jasa.
3. Perkiraan Arus Kas
Perkiraan arus kas adalah salah satu aspek penting dalam studi kelayakan bisnis, karena berkaitan dengan ketersediaan dana untuk membiayai bisnis. Perkiraan arus kas meliputi penerimaan kas (pendapatan) dan pengeluaran kas (biaya), serta jumlah kas yang tersedia pada akhir periode tertentu. Dalam membuat perkiraan arus kas, kita perlu memperhatikan berbagai faktor, seperti jangka waktu, jenis bisnis, dan sebagainya.
4. Analisis Sensitivitas
Analisis sensitivitas adalah salah satu metode untuk mengukur seberapa sensitifnya proyeksi keuangan terhadap perubahan dalam asumsi-asumsi tertentu, seperti penjualan, harga, biaya, dan sebagainya. Dalam analisis sensitivitas, kita perlu membuat tabel yang menunjukkan dampak perubahan asumsi pada proyeksi keuangan. Dengan demikian, kita bisa mengetahui risiko yang ada dalam bisnis tersebut.
Contoh analisis sensitivitas :
Asumsi | Proyeksi Pendapatan 2022 | Proyeksi Pendapatan 2023 |
---|---|---|
Naik 10% | 165.000.000 | 220.000.000 |
Turun 10% | 135.000.000 | 180.000.000 |
5. Perhitungan ROI dan NPV
Return on Investment (ROI) adalah salah satu metode untuk mengukur seberapa besar keuntungan yang dihasilkan dari investasi. ROI dapat dihitung dengan rumus :
ROI = (Keuntungan Bersih / Total Investasi) x 100%
Net Present Value (NPV) adalah salah satu metode untuk menghitung nilai sekarang dari arus kas masa depan. NPV dapat dihitung dengan rumus :
NPV = -Investasi + (Arus Kas Tahun 1 / (1 + i) + Arus Kas Tahun 2 / (1 + i)^2 + … + Arus Kas Tahun N / (1 + i)^N)
Dimana i adalah tingkat diskonto.
FAQ
Apa itu studi kelayakan bisnis?
Studi kelayakan bisnis adalah sebuah analisis yang dilakukan untuk mengevaluasi kemungkinan sukses suatu usaha atau proyek. Studi kelayakan bisnis meliputi berbagai aspek, seperti finansial, pasar, manajemen, teknis, dan sebagainya.
Kenapa aspek finansial penting dalam studi kelayakan bisnis?
Aspek finansial adalah salah satu aspek penting dalam studi kelayakan bisnis, karena berkaitan dengan pendanaan dan keuntungan dari bisnis tersebut. Dengan mempertimbangkan aspek finansial, kita bisa mengetahui berapa modal yang dibutuhkan untuk memulai atau mengembangkan bisnis, berapa laba yang bisa dihasilkan, dan sebagainya.
Apa itu Break Even Point?
Break Even Point (BEP) adalah titik impas atau titik di mana pendapatan sama dengan biaya. Dalam studi kelayakan bisnis, kita perlu menghitung BEP agar bisa mengetahui berapa jumlah minimum penjualan yang dibutuhkan agar bisnis bisa menghasilkan laba.
Apa itu ROI dan NPV?
Return on Investment (ROI) adalah salah satu metode untuk mengukur seberapa besar keuntungan yang dihasilkan dari investasi. Net Present Value (NPV) adalah salah satu metode untuk menghitung nilai sekarang dari arus kas masa depan.
Bagaimana cara membuat proyeksi pendapatan dan biaya?
Untuk membuat proyeksi pendapatan, kita perlu melakukan survei pasar, serta menggunakan strategi marketing yang tepat. Sedangkan untuk membuat proyeksi biaya, kita perlu mempertimbangkan berbagai aspek, seperti biaya produksi, biaya tenaga kerja, biaya overhead, dan sebagainya.