Bisnis Lendir Direktur Garuda: Berbagai Fakta dan Isu yang Perlu Diketahui Sobat Bisnis

Selamat datang Sobat Bisnis! Dalam artikel ini, kita akan membahas berbagai hal yang terkait dengan bisnis lendir direktur Garuda Indonesia yang sedang ramai diperbincangkan belakangan ini. Kami akan menjelaskan berbagai fakta dan isu yang perlu Sobat Bisnis ketahui, serta memberikan pandangan kami mengenai hal tersebut. Tanpa berlama-lama lagi, mari kita mulai.

1. Apa Itu Bisnis Lendir Direktur Garuda?

Bisnis lendir direktur Garuda merujuk pada kasus korupsi yang melibatkan mantan Direktur Utama Garuda Indonesia, yakni I Gusti Ngurah Askhara Danadiputra atau biasa disebut Ari Askhara. Pada kasus ini, Ari Askhara diduga menerima suap senilai jutaan dolar dari penyedia jasa kargo untuk memperoleh kontrak pengiriman barang untuk maskapai penerbangan nasional tersebut. Penyuplai barang tersebut adalah PT MNC Aviation Capital Indonesia dan PT Mahata Aero Teknologi, yang kedua perusahaannya merupakan anak perusahaan dari MNC Group.

Pada kasus ini, Ari Askhara diduga telah menggunakan perusahaan pribadinya, yakni PT Aldira Chena Cahaya, untuk melakukan transaksi tersebut. Perusahaan tersebut kemudian mengalirkan dana suap tersebut ke perusahaan kargo yang menyediakan jasa pengiriman barang untuk Garuda Indonesia.

1.1. Bagaimana Mekanisme Bisnis Lendir Direktur Garuda Tersebut Berlangsung?

Berdasarkan hasil penyelidikan yang dilakukan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), mekanisme bisnis lendir direktur Garuda tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

  1. PT Mahata Aero Teknologi (anak perusahaan MNC Group) dan PT MNC Aviation Capital Indonesia masuk dalam daftar penyedia jasa kargo Garuda Indonesia.
  2. Pada Januari 2018, PT Aldira Chena Cahaya (perusahaan pribadi Ari Askhara) telah melakukan investasi senilai USD 5 juta ke PT Mahata Aero Teknologi.
  3. Pada Oktober 2018, direksi Garuda Indonesia menyetujui perpanjangan kontrak kargo PT Mahata Aero Teknologi dan PT MNC Aviation Capital Indonesia selama 5 tahun ke depan.
  4. PT Mahata Aero Teknologi kemudian memberikan komitmen untuk membeli layanan teknologi dari PT Mahata Aero Teknologi dengan harga yang sangat mahal, padahal perusahaan tersebut tidak memiliki lapangan terbang sendiri.
  5. PT Mahata Aero Teknologi kemudian mengalirkan dana senilai USD 2 juta dari investasi PT Aldira Chena Cahaya ke PT GMF AeroAsia (anak perusahaan Garuda Indonesia) dan kemudian mengalirkan lagi dana senilai USD 3 juta ke PT Trans Airways.
  6. PT Trans Airways kemudian mengalirkan dana senilai USD 2,5 juta ke PT Mahata Aero Teknologi.
  7. PT Mahata Aero Teknologi kemudian mengalirkan dana senilai USD 500.000 ke PT Aldira Chena Cahaya. Total dana yang mengalir ke PT Aldira Chena Cahaya dari PT Mahata Aero Teknologi adalah USD 2,75 juta.
  8. PT Aldira Chena Cahaya kemudian mengalirkan dana senilai USD 900.000 ke PT Cardig Aero Services (penyedia jasa kargo Garuda Indonesia).
  9. PT Cardig Aero Services kemudian mengalirkan dana senilai USD 500.000 ke PT Marlina Medika (perusahaan pribadi Ari Askhara), dan kemudian mengalirkan dana senilai USD 460.000 ke PT Aldira Chena Cahaya.

Mekanisme yang rumit ini membuka peluang korupsi dan penyalahgunaan wewenang yang sangat besar, dan memungkinkan terjadinya bisnis lendir direktur Garuda semacam ini.

2. Bagaimana Kasus Bisnis Lendir Direktur Garuda Tersebut Terbongkar?

Kasus bisnis lendir direktur Garuda sebenarnya terbongkar berkat adanya pengawasan yang dilakukan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan KemKominfo terhadap perusahaan fintech yang dimiliki oleh PT Mahata Aero Teknologi. Dalam pengawasan tersebut, terungkap bahwa PT Mahata Aero Teknologi melakukan transaksi indeks saham Amerika Serikat senilai Rp 1,2 triliun dalam waktu yang sangat cepat dan mencurigakan.

Hal ini kemudian melahirkan kecurigaan bahwa PT Mahata Aero Teknologi dan PT Aldira Chena Cahaya merupakan perusahaan yang terkait dengan Ari Askhara, sehingga KPK mulai melakukan penyelidikan dan menangkap Ari pada 1 Desember 2019 di Bandara Soekarno-Hatta. Setelah ditangkap, Ari Askhara pun mengakui bahwa dirinya telah menerima suap senilai jutaan dolar dari penyedia jasa kargo Garuda Indonesia.

3. Apa Sanksi yang Diterima Ari Askhara Akibat Kasus Ini?

Ari Askhara sendiri telah dipecat dari jabatannya sebagai Direktur Utama Garuda Indonesia pada 5 Desember 2019, dan selanjutnya ditangkap oleh KPK pada 1 Desember 2019. Pada saat penangkapan, KPK juga menemukan sejumlah barang mewah milik Ari, seperti mobil mewah, perhiasan, dan koper berisi uang senilai Rp 500 juta.

Pada 10 Desember 2019, KPK menyita sejumlah aset Ari Askhara yang diduga berasal dari hasil korupsi, seperti rumah, mobil mewah, kartu kredit, dan sejumlah dokumen penting. Selain itu, Ari juga dijerat dengan pasal-pasal UU Tipikor yang terkait dengan suap dan gratifikasi.

Pada 28 Januari 2021, Ari Askhara kemudian divonis oleh Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Jakarta dengan hukuman 8 tahun penjara dan denda senilai Rp 1 miliar. Selain itu, dia juga diwajibkan mengganti kerugian negara sebesar USD 2,2 juta dan Rp 42 miliar.

4. Bagaimana Dampak Kasus Bisnis Lendir Direktur Garuda terhadap Garuda Indonesia?

Kasus bisnis lendir direktur Garuda tentu saja akan memberikan dampak yang sangat buruk terhadap Garuda Indonesia dan citra maskapai penerbangan nasional ini. Sejak kasus ini terbongkar, saham Garuda Indonesia pun terus mengalami penurunan, dan pada tahun 2020 tercatat sebagai salah satu saham dengan performa terburuk di Bursa Efek Indonesia.

Tidak hanya itu, Garuda Indonesia juga harus menghadapi berbagai tuntutan dan gugatan dari sejumlah pihak, seperti penyedia jasa kargo dan investor. Beberapa investor asing bahkan memboikot saham Garuda Indonesia setelah kasus ini terbongkar.

5. Bagaimana Posisi MNC Group dalam Kasus Ini?

Sebagai induk perusahaan dari PT Mahata Aero Teknologi dan PT MNC Aviation Capital Indonesia, MNC Group tentu saja terkena dampak dari kasus bisnis lendir direktur Garuda ini. Sejumlah pihak pun menuntut agar MNC Group membayar ganti rugi kepada Garuda Indonesia dan negara atas kerugian yang ditimbulkan akibat kasus ini.

Namun, MNC Group sendiri telah mengeluarkan pernyataan bahwa mereka tidak mengakui PT Mahata Aero Teknologi dan PT MNC Aviation Capital Indonesia sebagai anak perusahaan dari MNC Group. MNC Group juga menegaskan bahwa mereka telah mengambil tindakan tegas terhadap kasus ini dengan mengeluarkan Ari Askhara dari jabatannya sebagai Direktur Utama Garuda Indonesia dan menghentikan investasi ke PT Mahata Aero Teknologi.

6. Kesimpulan

Dari bahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa kasus bisnis lendir direktur Garuda memiliki mekanisme yang rumit dan membuka peluang korupsi yang sangat besar. Kasus ini juga memberikan dampak yang sangat buruk terhadap Garuda Indonesia dan citra maskapai penerbangan nasional ini, serta memicu tuntutan dan gugatan dari sejumlah pihak. Diharapkan kasus ini dapat menjadi pelajaran bagi kita semua untuk selalu menjunjung integritas dan kejujuran dalam bisnis.

FAQ

1. Apa Itu Bisnis Lendir Direktur Garuda?

Bisnis lendir direktur Garuda merujuk pada kasus korupsi yang melibatkan mantan Direktur Utama Garuda Indonesia, yakni I Gusti Ngurah Askhara Danadiputra atau biasa disebut Ari Askhara. Pada kasus ini, Ari Askhara diduga menerima suap senilai jutaan dolar dari penyedia jasa kargo untuk memperoleh kontrak pengiriman barang untuk maskapai penerbangan nasional tersebut.

2. Bagaimana Mekanisme Bisnis Lendir Direktur Garuda Tersebut Berlangsung?

Berdasarkan hasil penyelidikan yang dilakukan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), mekanisme bisnis lendir direktur Garuda tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

  1. PT Mahata Aero Teknologi (anak perusahaan MNC Group) dan PT MNC Aviation Capital Indonesia masuk dalam daftar penyedia jasa kargo Garuda Indonesia.
  2. Pada Januari 2018, PT Aldira Chena Cahaya (perusahaan pribadi Ari Askhara) telah melakukan investasi senilai USD 5 juta ke PT Mahata Aero Teknologi.
  3. Pada Oktober 2018, direksi Garuda Indonesia menyetujui perpanjangan kontrak kargo PT Mahata Aero Teknologi dan PT MNC Aviation Capital Indonesia selama 5 tahun ke depan.
  4. PT Mahata Aero Teknologi kemudian memberikan komitmen untuk membeli layanan teknologi dari PT Mahata Aero Teknologi dengan harga yang sangat mahal, padahal perusahaan tersebut tidak memiliki lapangan terbang sendiri.
  5. PT Mahata Aero Teknologi kemudian mengalirkan dana senilai USD 2 juta dari investasi PT Aldira Chena Cahaya ke PT GMF AeroAsia (anak perusahaan Garuda Indonesia) dan kemudian mengalirkan lagi dana senilai USD 3 juta ke PT Trans Airways.
  6. PT Trans Airways kemudian mengalirkan dana senilai USD 2,5 juta ke PT Mahata Aero Teknologi.
  7. PT Mahata Aero Teknologi kemudian mengalirkan dana senilai USD 500.000 ke PT Aldira Chena Cahaya. Total dana yang mengalir ke PT Aldira Chena Cahaya dari PT Mahata Aero Teknologi adalah USD 2,75 juta.
  8. PT Aldira Chena Cahaya kemudian mengalirkan dana senilai USD 900.000 ke PT Cardig Aero Services (penyedia jasa kargo Garuda Indonesia).
  9. PT Cardig Aero Services kemudian mengalirkan dana senilai USD 500.000 ke PT Marlina Medika (perusahaan pribadi Ari Askhara), dan kemudian mengalirkan dana senilai USD 460.000 ke PT Aldira Chena Cahaya.

Video:Bisnis Lendir Direktur Garuda: Berbagai Fakta dan Isu yang Perlu Diketahui Sobat Bisnis